Belajar Ketaatan dari Keluarga Ibrahim




KABAR MUSLIM - ALLAH SWT telah memuliakan beberapa bulan dari bulan – bulan yang ada. Salah satu bulan mulia itu adalah bulan Dzulhijjah. Banyak syari’at mulia yang hanya diperintahkan Allah pada bulan ini. diantaranya adalah ibadah Haji dan berqurban.

Adalah sebuah renungan baik bagi kita orang tua, dari sepenggal kisah pengorbanan dan ketaatan yang luar biasa itu datang dari sebuah keluarga—ayah, ibu dan anak—yang taat. Keteladanan Nabiyullah Ibrahim as. dan putranya Nabi Ismail as. saat keduanya menjalankan perintah Allah SWT dengan penuh ketaatan dan ketundukan.

Dengan keikhlasannya Nabi Ibrahim as. melaksanakan perintah untuk menyembelih putranya. Ismail pun begitu tunduk pada perintah Tuhannya sehingga rela mengorbankan jiwa dan raganya. Keduanya merasa ridha dan yakin akan perintah Allah SWT hingga tak sedikit pun tampak rasa enggan, ragu, apalagi menolak.

Tak hanya itu, mereka bahkan bersegera untuk melaksanakan ketaatan tersebut tanpa pernah berpikir untuk menunda ataupun memperhatikan risiko dan akibatnya. Inilah kisah ketundukan totalitas dua orang hamba Allah SWT yang senantiasa abadi di sepanjang zaman (Lihat: QS ash-Shaffat [37]: 102).

Tentu, cerita nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ini tidak bisa dipisahkan dari sosok ibu, Siti Hajar, yang juga mendukung ketaatan suami dan anaknya.

Memang, tidak mudah melakukan ketaatan total, apalagi bila harus disertai pengorbanan luar biasa. Namun, Ibrahim dan Ismail ternyata mampu melakukan hal itu. Mengapa? Karena dalam dirinya telah tumbuh kecintaan yang begitu mendalam kepada Zat Yang mereka taati. Dan kecintaan ini tidaklah tumbuh dengan sendirinya. Tapi pasti ada sebuah proses panjang yang mengawalinya.

Kecintaan hakiki yang melahirkan ketaatan totalitas adalah perasaan yang tumbuh dari sebuah proses. Menumbuhkan ketaatan anak sejak dini akan memudahkan terwujudnya ketaatan totalitas di kemudian hari.

Apalagi bila hal ini sudah dimulai sejak masa kanak-kanak. Berbagai kisah inspiratif sering sangat efektif untuk melahirkan kesan mendalam pada anak yang kita didik. Karenanya, sungguh sayang bila kisah keteladanan ini tak dimanfaatkan para orangtua untuk membina ketaatan pada para buah hatinya.

Ibu seharusnya sering memperdengarkan kisah tersebut, tidak hanya saat idhul adha. Tentu, ini membutuhkan kreativitas ibu untuk menyampaikan dengan bahasa dan cara yang mudah dipahami anak sesuai tingkat usianya.

Ayah, sekalipun telah tersita sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah, bukan tidak mungkin memiliki pengaruh besar dalam upaya menancapkan ruh, motivasi dan semangat. Lihatlah, betapa Nabi Ibrahim as. begitu menyayangi dan penuh perhatian kepada Ismail. Tatkala mendapatkan perintah Allah SWT, beliau sempat menanyakan kepada Ismail bagaimana pendapat Ismail atas perintah Allah tersebut.

Betapa mengharukannya, saat ayah ternyata mampu manularkan ruh ketaatannya kepada sang anak yang akan dia korbankan.

Ketundukan Nabi Ibrahim as. dan Ismail as. tentu tak lepas dari keberhasilan Siti Hajar—istri dan ibu—dalam mengantarkan keduanya menjadi hamba-hamba yang sangat mencintai Rabb-nya. Inilah buah yang selama ini ditanamkan oleh Siti Hajar kepada keduanya. Proses yang tidak sebentar pun telah mengantarkan Ismail yang masih belia itu menjadi anak yang tidak seperti kebanyakan anak lainnya. Oleh karenanya, para ibu seharusnya mempersiapkan segala sesuatunya sejak anak masih belia. Jangan pernah menunggu atau menunda, padahal ibu bisa melakukannya sejak dini, karena ketaatan membutuhkan proses.

Membina ketaatan kepada anak tentu membutuhkan kesabaran dan keistiqamahan. Keberhasilannya sering teruji oleh waktu. Di moment idhul adha ini, kita para ayah dan bunda harus mampu merenung kembali, sudahkah keluarga kita menjalankan peran optimal untuk mencontoh keluarga Nabi Ibrahim? Semoga kita semakin cerdas dan ikhlas dalam mewujudkan generasi shalih yang memiliki ketaatan tinggi, bekal untuk mewujudkan kehidupan Islam. []

Sumber : Islampos.com




Oleh : Ririn Umi Hanif
Gresik
dwitanti.ririn@gmail.com

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Belajar Ketaatan dari Keluarga Ibrahim"

Posting Komentar