KABAR MUSLIM - Kisah Nabi Khidir AS memang sarat dengan pesan dan hikmah bijak. Bukan hanya seputar perjalanannya yang fenomenal dengan Nabi Musa AS, melainkan masih banyak lagi kisah hidup lain dari Nabi Khidir yang bermuatan hikmah agung.
Di antaranya, seperti dikisahkan Jurnal 1001 Kisah Teladan Muslim, Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam bermimpi mendapat perintah. Perintah tersebut berbunyi: “Esok engkau dikehendaki keluar dari rumah pada waktu pagi menghala ke barat.” Begitu bunyi bait pertama kepada Nabi Khidir.
Masih di dalam tidurnya, Nabi Khidir menerima lima perintah yang harus dikerjakannya dengan segera jika ingin mendapatkan ridha Allah SWT. “Engkau juga dikehendaki berbuat, pertama apa yang engkau lihat (hadapi) maka makanlah, kedua engkau sembunyikan, ketiga engkau terimalah, keempat jangan engkau putuskan harapan, dan yang kelima larilah engkau daripadanya.”
Pada keesokan harinya, Nabi Khidir itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat. Baru beberapa kilo keluar dari rumahnya, Nabi Khidir dipertemukan dengan perintah pertama.
Naum Nabi Khidir bingung karena yang diperintahkan pertama itu adalah memakannya. Sementara yang ia temui adalah sebuah bukit. Karena kebingungan itu ia bergumam dalam hatinya.
“Aku diperintahkan memakan pertama aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan."
Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya. Ketika ia menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar buku roti.
Maka Nabi Khidir itu pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya. Bila ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu. Ia pun mengucapkan syukur.
“Alhamdulillah perintah pertama sudah aku kerjakan semoga Allah memudahkan pelajaran yang tersirat ini,” katanya.
Setelah menyelesaikan perintah pertama, Nabi Khidir meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas.
Ia teringat akan arahan mimpinya supaya disembunyikan. Untuk itu ia bersegera menggali sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu dan kemudian ia tinggalkan begitu saja.
Setelah meninggalkan beberapa langkah. Tiba-tiba mangkuk emas itu keluar seperti semula. Nabi itu pun menanamkannya kembali. Kejadian itu berulang-ulang hingga tiga kali berturut-turut. Maka berkatalah Nabi Khidir. “Aku telah melaksanakan perintah-Mu ya Allah.”
Lalu ia pun meneruskan perjalanannya. Anehnya, ia kembali mengalami peristiwa serupa. Tanpa disadari Nabi Khidir mangkuk emas tersebut untuk kesekian kalinya, keluar dari tempat ditanam.
Namun Nabi Khidir kali ini tidak mempedulikannya. Ketika ia sedang berjalan, tiba-tiba ia melihat seekor burung elang sedang mengejar seekor burung kecil.
Kemudian burung kecil yang terlihat kelelahan itu menghampiri Nabi Khidir dan berkata. “Wahai Nabi Allah, tolonglah aku,” pintanya dengan napas tersengal-sengal .
Mendengar permintaan burung yang memelas itu. Nabi Khidir pun langsung meraih burung itu dan masukkan ke dalam bajunya agar tidak diterkam burung elang yang sedang lapar itu.
Namun burung elang mengetahui kalau mangsanya telah disumbunyikan oleh Sang Nabi. Elang pun datang menghampiri Nabi Khidir dan berkata, “Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku.”
Karena dua-duanya membutuhkan pertolongannya, Nabi Khidir pun sempat kebingungan. Namun ia teringat pesan dan arahan keempat yang muncul dari mimpinya, yaitu hendaknya ia tidak memutuskan harapan.
Akhirnya ia membuat keputusan untuk mengambil pedang lalu memotong sedikit daging pahanya dan diberikan kepada elang itu.
Setelah mendapat daging itu, elang pun terbang dan burung kecil tadi dan melepaskannya ke alam bebas.
Usai kejadian itu, Nabi Khidir meneruskan perjalannya. Tidak lama kemudian ia bertemu dengan satu bangkai yang amat busuk baunya. Ia pun bergegas lari dari situ karena tidak tahan menghirup aroma yang sangat menyengat itu.
Setelah menemui kelima-lima peristiwa itu, Nabi Khidir pulang ke rumahnya. Pada malam itu, Nabi Khidir pun berdoa. Dalam doanya ia berkata, “Ya Allah, aku telah pun melaksanakan sebagaimana yang diberitahu di dalam mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku arti semuanya ini,” katanya dalam doanya di malam hari.
Tidak lama setelah berdoa Nabi tertidur dan kembali bermimpi. Dalam kesempatan mimpi kali ini, ia mendapatkan jawaban atas keseluruhan perintah yang ditujukan kepadanya itu.
“Yang pertama engkau makan itu ialah marah. Pada mulanya tampak besar seperti bukit tetapi pada akhirnya jika bersabar dan dapat mengawal serta menahannya, maka marah itu pun akan menjadi lebih manis dari pada madu.
Kedua, semua amal kebaikan (budi), walaupun disembunyikan, maka ia tetap akan tampak juga. Ketiga; jika sudah menerima amanah seseorang, maka janganlah kamu khianat kepadanya.
Keempat jika orang meminta kepadamu, berusahalah membantunya, meski sejatinya engkau tengah ada suatu kepentingan. Kelima, bau yang busuk itu ialah ghibah atau menceritakan hal seseorang. “Maka larilah dari orang orang yang sedang duduk berkumpul membuat ghibah,” kata Allah.
Di antaranya, seperti dikisahkan Jurnal 1001 Kisah Teladan Muslim, Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam bermimpi mendapat perintah. Perintah tersebut berbunyi: “Esok engkau dikehendaki keluar dari rumah pada waktu pagi menghala ke barat.” Begitu bunyi bait pertama kepada Nabi Khidir.
Masih di dalam tidurnya, Nabi Khidir menerima lima perintah yang harus dikerjakannya dengan segera jika ingin mendapatkan ridha Allah SWT. “Engkau juga dikehendaki berbuat, pertama apa yang engkau lihat (hadapi) maka makanlah, kedua engkau sembunyikan, ketiga engkau terimalah, keempat jangan engkau putuskan harapan, dan yang kelima larilah engkau daripadanya.”
Pada keesokan harinya, Nabi Khidir itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat. Baru beberapa kilo keluar dari rumahnya, Nabi Khidir dipertemukan dengan perintah pertama.
Naum Nabi Khidir bingung karena yang diperintahkan pertama itu adalah memakannya. Sementara yang ia temui adalah sebuah bukit. Karena kebingungan itu ia bergumam dalam hatinya.
“Aku diperintahkan memakan pertama aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan."
Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya. Ketika ia menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar buku roti.
Maka Nabi Khidir itu pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya. Bila ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu. Ia pun mengucapkan syukur.
“Alhamdulillah perintah pertama sudah aku kerjakan semoga Allah memudahkan pelajaran yang tersirat ini,” katanya.
Setelah menyelesaikan perintah pertama, Nabi Khidir meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas.
Ia teringat akan arahan mimpinya supaya disembunyikan. Untuk itu ia bersegera menggali sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu dan kemudian ia tinggalkan begitu saja.
Setelah meninggalkan beberapa langkah. Tiba-tiba mangkuk emas itu keluar seperti semula. Nabi itu pun menanamkannya kembali. Kejadian itu berulang-ulang hingga tiga kali berturut-turut. Maka berkatalah Nabi Khidir. “Aku telah melaksanakan perintah-Mu ya Allah.”
Lalu ia pun meneruskan perjalanannya. Anehnya, ia kembali mengalami peristiwa serupa. Tanpa disadari Nabi Khidir mangkuk emas tersebut untuk kesekian kalinya, keluar dari tempat ditanam.
Namun Nabi Khidir kali ini tidak mempedulikannya. Ketika ia sedang berjalan, tiba-tiba ia melihat seekor burung elang sedang mengejar seekor burung kecil.
Kemudian burung kecil yang terlihat kelelahan itu menghampiri Nabi Khidir dan berkata. “Wahai Nabi Allah, tolonglah aku,” pintanya dengan napas tersengal-sengal .
Mendengar permintaan burung yang memelas itu. Nabi Khidir pun langsung meraih burung itu dan masukkan ke dalam bajunya agar tidak diterkam burung elang yang sedang lapar itu.
Namun burung elang mengetahui kalau mangsanya telah disumbunyikan oleh Sang Nabi. Elang pun datang menghampiri Nabi Khidir dan berkata, “Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku.”
Karena dua-duanya membutuhkan pertolongannya, Nabi Khidir pun sempat kebingungan. Namun ia teringat pesan dan arahan keempat yang muncul dari mimpinya, yaitu hendaknya ia tidak memutuskan harapan.
Akhirnya ia membuat keputusan untuk mengambil pedang lalu memotong sedikit daging pahanya dan diberikan kepada elang itu.
Setelah mendapat daging itu, elang pun terbang dan burung kecil tadi dan melepaskannya ke alam bebas.
Usai kejadian itu, Nabi Khidir meneruskan perjalannya. Tidak lama kemudian ia bertemu dengan satu bangkai yang amat busuk baunya. Ia pun bergegas lari dari situ karena tidak tahan menghirup aroma yang sangat menyengat itu.
Setelah menemui kelima-lima peristiwa itu, Nabi Khidir pulang ke rumahnya. Pada malam itu, Nabi Khidir pun berdoa. Dalam doanya ia berkata, “Ya Allah, aku telah pun melaksanakan sebagaimana yang diberitahu di dalam mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku arti semuanya ini,” katanya dalam doanya di malam hari.
Tidak lama setelah berdoa Nabi tertidur dan kembali bermimpi. Dalam kesempatan mimpi kali ini, ia mendapatkan jawaban atas keseluruhan perintah yang ditujukan kepadanya itu.
“Yang pertama engkau makan itu ialah marah. Pada mulanya tampak besar seperti bukit tetapi pada akhirnya jika bersabar dan dapat mengawal serta menahannya, maka marah itu pun akan menjadi lebih manis dari pada madu.
Kedua, semua amal kebaikan (budi), walaupun disembunyikan, maka ia tetap akan tampak juga. Ketiga; jika sudah menerima amanah seseorang, maka janganlah kamu khianat kepadanya.
Keempat jika orang meminta kepadamu, berusahalah membantunya, meski sejatinya engkau tengah ada suatu kepentingan. Kelima, bau yang busuk itu ialah ghibah atau menceritakan hal seseorang. “Maka larilah dari orang orang yang sedang duduk berkumpul membuat ghibah,” kata Allah.
sumber :
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/16/07/01/o9n9kd320-nabi-khidir-as-dan-lima-pesan-misterius-sarat-hikmah
0 Response to "Lima Pesan Misterius Penuh Hikmah Dari Nabi Khidir AS"
Posting Komentar